Senin, 23 Mei 2011

ZIKIR SESUDAH SHALAT


Kalaulah kita sejenak berlalu atau hendak melaksanakan shalat berjamaah yang tertinggal (karena ada penghalang misalnya, sehingga tak bisa kita tunaikan di masjid), mari kita insafi keadaan kita selepas shalat di mushala. Terkadang kita lihat dan kita rasakan sendiri, semisal yang diilustrasikan oleh Professor Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy dalam risalah “Pedoman Shalat” yang dicetak tahun 1950, halaman 28 :


Mengerjakan shalat seperti orang telah mendengar lonceng kereta api berbunyi, tanda hendak berangkat, sangat tergesa-gesa, tergopoh-gopoh, seakan-akan dikejar musuh.


Hal ini tampak diantaranya dari bergegas sesudah bersalam, bahkan terkadang kita, karena banyaknya urusan, sudah melompat bangun setelah salam yang pertama. Padahal hendaklah kita duduk barang sebentar untuk berdzikir sebagai tanda kegembiraan atas kesempatan bermunajat kepada Allah taala. Sebagaimana dinyatakan oleh Imam An Nawawi (631-676 H) dalam kitab Al Adzkaar halaman 81 :

Telah berijma’ (sepakat) ulama atas disunatkannya zikir sesudah shalat


Mengingat kaidah :

washfud dawai ba’da tasykhishiddai (membuat resep sesudah memeriksa penyakit) ”


Hendaknya diketahui dahulu penyebab dari kondisi yang telah diilustrasikan di atas. Diantara penyebab paling asasi adalah tiada tertanam dalam lubuk jiwa mengenai kedudukan zikir sesudah shalat akibat ketidaktahuan atau tidak memiliki pengertian mengenai urgensinya. Ketika menyaksikan acara televisi telah menggantikan posisi ‘mengaji’ di petang hari  misalnya, tentunya tingkat pengetahuan akan hukum-hukum agama pun semakin menurun.


Dengan demikian, hendaknya kita menjadi pemberi pengajaran yang menggemarkan manusia ke arah berbagai jalan peribadatan yang sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya. Hendaklah kita berusaha menjadi penerang ummat berpelitakan Al Quran dan Sunnah.


Atas dasar hal tersebut, dalam postingan kali ini, izinkanlah kami mengingatkan kembali berbagai zikir sesudah shalat yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.


Hadits pertama

 

“ Dari Tsauban –semoga Allah meridlainya- berkata : Adalah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam jika berpaling dari shalatnya beristighfar kepada Allah tiga kali, dan kemudian berkata : Ya Allah Engkaulah Yang Mempunyai Keselamatan. DariMu keselamatan, Maha Suci Engkau wahai Tuhan yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan.” (H.S.R Muslim)


Imam Muhammad ibn Ismail As Shan’aniy (1099-1182 H) dalam kitab beliau Subulus Salam juz 1 halaman 458 menerangkan bahwa dalam hadits ini Nabi shalallahu alaihi wassalam beristighfar tiga kali sesudah beliau bersalam.


Bagaimanakah lafazh istighfar yang diucapkan oleh beliau ? Adalah beliau mengucapkan astaghfirullah sebanyak tiga kali. Dalam kitab Al Adzkaar susunan Imam An Nawawi (631-676 H) dikatakan kepada Imam Al Auza’i salah seorang periwayat hadits tersebut bagaimanakah bacaan istighfar itu, beliau berkata bahwa hendaknya engkau berucap “astaghfirullah, astaghfirullah”. Kemudian Nabi shalallahu alaihi wassalam membaca doa  “ Ya Allah Engkaulah Yang Mempunyai Keselamatan. DariMu Keselamatan, Maha Suci Engkau wahai Tuhan yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan


Hendaklah kita renungkan hal berikut ketika kita membaca zikir ini :

  • Bahwa kita sebagai seorang hamba tidak mungkin melaksanakan segala kewajiban secara sempurna karena pasti ada berbagai angan-angan maupun waswas yang mengganggu Oleh karena itulah kita beristighfar untuk menutupi kekurangan tersebut.
  • Dalam hadits ini disyariatkan bagi seorang hamba untuk mensifati RabbNya sebagaimana yang Ia sendiri telah sifatkan bagi diriNya, yakni dengan sifat As Salaam (Yang Mempunyai Keselamatan), yakni Allah selamat dari segala cacat dan kekurangan.  
  • Adalah hal yang bersesuaian jika pada kalimat selanjutnya ‘ DariMu Keselamatan ’ yakni dariMu kami memohon keselamatan dari keburukan dunia dan akhirat.  
  • Dan diakhiri dengan kalimat “ Maha Suci Engkau wahai Tuhan yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan ” yakni Ia yang memiliki kekayaan yang mutlak dan keutamaan yang sempurna. Ada juga yang mengatakan bahwa Ia yang memiliki keagungan dan kemuliaan untuk hamba-hambanya yang ikhlas. Kalimat ini merupakan memiliki yang agung sehingga Nabi shalallahu alaihi wassalam memberi tuntunan untuk membiasakan membaca kalimat ini (sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi, Thabrani, Hakim, dan Bukhari dalam Tarikh Kabir. Hadits ini dishahihkan oleh Imam Hakim dan Dzahabi).  
Demikian postingan kali ini, insya Allah berbagai zikir yang lain kita lanjutkan di kesempatan lainnya.


Allahu ya’khudzu bi adina ilaa maa fihi khairun lilislaam wal muslimiin.

Rabu, 04 Mei 2011

ASAM ATAU BASA LEMAH ???



Pada postingan sebelumnya, telah dijelaskan mengenai berbagai kesalahfahaman dalam penentuan karakter keasaman atau kebasaan suatu senyawa obat. Pada kesempatan kali ini, penulis akan mencoba membahas bagaimana cara praktis menentukan suatu senyawa obat apakah asam ataukah basa lemah.
  • Ada beberapa gugus fungsi yang secara cepat dikenali tidak memiliki sifat asam maupun basa ketika berada dalam larutan dengan pembawa air. Semisal alkohol (ROH) dan poliol (semisal gula), eter (ROR), ester (RCOOR), aldehid (RCOR), dan amida (RCONH2
  • Ada juga beberapa gugus fungsi yang dapat dikenali memiliki sifat keasaman.Semisal asam karboksilat (RCOOH), asam sulfonat (RSO3H), fenol (ArOH), tiol (RSH), dan imida (RCONHCOR). 
  • Terdapat beberapa gugus fungsi yang dapat dikenali sebagai sifat kebasaan. Semisal amina alifatik (RNH2) dan amina aromatik (salah satunya ArNH2 atau nitrogen sebagai bagian dari struktur cincin aromatik). 
  • Namun terkadang molekul obat memiliki struktur yang kompleks sehingga adakalanya sulit untuk menentukan keputusan bahwa senyawa tersebut bersifat asam, basa, atau netral. Terdapat trik sederhana untuk menentukan sifat keasaman atau kebasaan suatu senyawa dengan menggunakan nama bentuk garam.
  • Ingat, dalam pembentukan garam merupakan kombinasi dari asam dan basa. 

Namun demikian ada beberapa pengecualian :
  • Dalam banyak kasus, obat yang bergabung dengan asam organik, senyawa yang dihasilkan bukan garam, melainkan ester. Semisal desoksikortison asetat dan klobetasol propionat. 
  • Untuk beberapa halida, senyawa yang dihasilkan merupakan senyawa ammonium kuartener (nitrogen terikat pada empat gugus) tanpa ada proton yang terdisosiasi. Semisal benzalkonium klorida dan demekarium bromida. 
  • Banyak senyawa semisal natrium lauril sulfat merupakan garam netral kombinasi asam dan basa kuat. Senyawa ini tidak sensitif terhadap perubahan pH.
Nah, cara paling baik dan ampuh untuk menentukan keasaman atau kebasaan suatu senyawa obat adalah penguasaan struktur senyawa obat itu tersendiri. Jadi, pesan moral postingan kali ini adalah jangan males dan njengah buat belajar struktur obat

Pustaka :
Thompson, J.E., 2004, A Practical Guide to Contemporary Pharmacy Practice, Lippincott Williams & Wilkins, USA